Belajar

Belajar

Belajar

Kamis 27 Maret 2014 Akademi Berbagi Pekalongan mengadakan kelas yang ke-18 dengan tema “Story Telling”. Kelas kali ini menjadi kelas yang cukup spesial karena para relawan menyiapkan dan menginformasikan melalui social media hanya sekitar 3 hari. Lebih spesial lagi, di kelas kali ini tory Telling ini adalah kehadirannya guru atau narasumber seorang pendongeng nasional, Kang Didin yang kebetulan sedang melakukan roadshow di Pekalongan yang datang langsung dari Bogor.

Saat ini Kang Didin merupakan Ketua Kampung dongeng Ciomas, Bogor. Suatu kehormatan bagi Akademi Berbagi Pekalongan, karena Kang Didin menyempatkan untuk bisa mengisi di kelas Akademi Berbagi Pekalongan. Kegiatan Kang Didin selain beliau seorang pendongeng, beliau juga membentuk Gerakan Para Pendongeng Untuk Kemanusiaan (GEPPUK). GEPPUK ini adalah kumpulan para pendongeng diseluruh nusantara dengan misi sosial, yaitu memberikan materi Story Telling dengan metode Trauma Healling secara gratis kepada masyarakat yang terkena bencana, seperti Banjir, Gunung Meletus, Tanah Longsor, dll.

Pada kelas Story Telling yang diadakan oleh Akademi Berbagi Pekalongan, Kang Didin lebih membawakan materi tentang teknik-teknik mendongeng yang baik, yang tentunya sebuah dongeng itu harus berisi pesan moral dan dapat dipahami dengan baik. Pada kelas Story Telling ini, peserta yang hadir sebagian besar adalah Guru-Guru PAUD di Kecamatan Pekalongan Utara, ada sekitar 30 Guru PAUD diluar dari peserta umum yang berjumlah sekitar 10 orang. Suatu pemandangan yang menarik bagi kami para relawan, karena Kelas yang kami adakan ini mampu menarik guru-guru PAUD.

Kembai ke materi kelas, pada kesempatan ini Kang Didin menyampaikan lima langkah piawai mendongeng, diantaranya adalah :
1. Memilih Cerita
2. Waktu Bercerita
3. Olah Vokal
4. Ekpresi
5. Gestur

Lima langkah tersebut merupakan ilmu dasar bagi seorang pendongeng, namun tidak hanya untuk pendongeng saja masyarakat pun yang ingin belajar tentang dongeng bisa menerapkan lima langkah dasar itu. Seringkali dongeng yang diajarkan di sekolah-sekolah membuat anak-anak bosan atau bahkan kurang menyimak, hal itulah yang diajarkan oleh Kang Didin kepada Akberian, bahwa tingkat konsentrasi anak maksimal adalah 7 menit. Untuk itu perlu adanya suatu interaksi kepada anak ketika merasa bosan dan jenuh ketika mendengarkan sebuah cerita.

Pada kelas ini juga diajarkan bagaimana Akberian berlatih olah vokal, dengan membedakan nada besar, sedang dan kecil. Hal ini dimaksudkan bahwa suatu cerita akan menarik bila kita mampu berimprovisasi suara sesuai dengan karakter yang ada didalam cerita. Karakter suara yang diajarkan oleh Kang Didin ada berbagai macam, diantaranya adalah karakter suara hewan (seperti kuda, kelinci, gajah, harimau), alat transportasi (mobil, pesawat, sepeda, kapal).

Disamping itu, ekspresi dan gestur juga harus dilatih karena anak-anak lebih senang dengan sesuatu yang menarik. Misal, dengan ekspresi wajah yang ceria serta diikuti dengan gestur tubuh yang mengikuti alur cerita. Ekspresi wajah dapat disajikan dalam berbagai karakter seperti karakter saat sedih, senang, berpikir, bingung, kaget, dan takut. Sedangkan gestur dapat disajikan dengan gerakan seperti ketika mandi, bangun tidur, pakai baju, dan sebagainya.

Dari beberapa langkah dasar tersebut merupakan dasar yang paling penting dalam teknik mendongeng yang baik, karena seorang pendongeng harus mampu menyajikan cerita dengan baik yang didalamnya itu meliputi narasi, dialog, ekspresi, visualisasi gerak, ilustrasi suara dan alat peraga.

Suatu pengalaman yang baru bagi para relawan dan akberian, karena pada kelas tersebut Kang Didin mampu mengajak berinteraksi dengan baik. Suasana ceria, senang, dan penuh semangat terlihat pada para Akberian dan para relawan. Suatu teknik pembelajaran yang baru tentunya, karena ternyata mendongeng merupakan salah satu pola pembelajaran yang cukup efektif, karena didalam mendongeng jika kita mampu menyajikan dengan baik dapat lebih mudah ditangkap oleh anak-anak. Di dalam dongeng, berbagai pesan moral, pembentukan karakter anak dapat tersampaikan dengan baik.

Namun, mendongeng tidak hanya untuk anak-anak, metode Story Telling ini juga dapat diterapkan untuk masyarakat umum karena cakupan dalam metode ini cukup luas, sama halnya yang dilakukan oleh Kang Didin bersama GEPPUK nya yang memberikan materi Story Telling kepada pengungsi korban bencana alam dengan metode Trauma Healling. Disamping itu, mendongeng juga mampu memberikan edukasi kepada para remaja dengan cara penyampaian yang cukup berbeda, yaitu dengan mengambil tema yang sedang hangat di masayarakat. Hal ini dilakukan agar para remaja tidak terjebak dalam isu dan pergaulan yang terjadi di masyarakat.

Tidak akan pernah kita kehilangan materi cerita bila kita mampu mempelajari teknik mendongeng dengan baik, dengan belajar berbagai karakter suara, gestur dan imajinasi dalam bercerita dapat menjadi nilai positif bagi kita kepada masyarakat, terutama kepada anak-anak. Pada sesi akhir Kang Didin memberikan pesan kepada akberian dan relawan agar terus belajar dan berimprovisasi untuk belajar teknik mendongeng yang baik, karena pada dasarnya niat kita yang tulus akan menghasilkan sebuah pembelajaran yang baik, terkhusus ketika kita belajar Story Telling, dengan keyakinan dan usaha yang maksimal akan memperoleh hasil yang baik.

Sedikit materi yang bisa saya sharingkan dalam tulisan ini, semoga bermanfaat bagi kita semua.

Salam Berbagi Bikin Happy!

 

By Volunteer of Akber : @TriazArditya

Sumber cerita Akber : [ blog Akber Pekalongan ]