Jurnalistik Televisi

Jurnalistik Televisi

Jurnalistik Televisi

Sudah lama sejumlah murid Akber Bekasi “memesan” tema “Jurnalistik TV”, tapi baru April 2014 Akber Bekasi bisa mengadakannya.

Di kelas #AkberBks27 ini, guru Akber Bekasi adalah Gunawan, atau akrab dipanggil Om Gun, seorang jurnalis tv, produser, sutradara, mantan Produser Eksekutif Divisi News di SCTV, pendidik, dan kiprah kerjanya sudah mencakup dalam dan luar negeri.

Om Gun ini funky banget orangnya. Gondrong, kacamata ala John Lennon, nge-jeans, kaos oblong plus syal… dan banyak becanda meski materinya serius. Waktu mau menerangkan Sejarah Jurnalistik TV di Indonesia saja beliau bilang gini, “Jangan tanya umur saya. Kalau mau tau umur saya, bayangin aja… teman-teman saya namanya sudah jadi nama jalan.”

Sejarah Jurnalistik TV di Indonesia

Kita pahami dulu asal kata Jurnalistik ya. Jurnalistik itu berasal dari bahasa Latin. Akar katanya “jurnal”. Artinya “Catatan Harian”. Jurnalistik TV artinya Catatan Harian yang disampaikan melalui siaran TV. Dalam tulisan ini, ada istilah Berita TV, yang merupakan produk dari Jurnalistik TV.

Sejarah Jurnalistik TV di Indonesia dimulai tahun 1962 oleh Televisi Republik Indonesia (TVRI). Lalu 20 tahun lebih kemudian, di tahun 1989,  RCTI mengudara, dan salah satu programnya ya Berita.  Judul programnya Seputar Indonesia.

Nah, di tahun 1990an, bermunculan deh TV-TV swasta lainnya. Mulai SCTV, ANTV, dll. Bahkan SCTV punya slot (jam siaran) Berita yang lebih banyak dibanding TV-TV swasta lainnya. Karena itulah mulai muncul istilah “TV Berita”.

Menurut Om Gun, munculnya TV-TV swasta itu antara lain karena TV dianggap punya dampak lebih kuat dibanding media massa lain (TV dan Radio ya, waktu itu sosmed belum nge-hits kayak sekarang,). Jangkauannya luas. Selain itu, sifat audio plus visual membuat Berita TV lebih berdampak ke masyarakat.

Sebagai contoh, Om Gun menunjukkan berita cetak sebuah kerusuhan. Murid-murid disuruh baca. Lalu Om Gun, pakai laptopnya, menayangkan siaran TV untuk berita yang sama. Murid-murid disuruh nonton. Efeknya? Murid-murid lebih tercengang! Malah ada yang bilang, “wah”. “ih”. Sejenis begitu deh. Jadi kalau berita tulisan hanya membuat pembacanya mengira-ngira, nah berita TV membuat pemirsanya “melihat dan mendengar” langsung.  Efeknya di pemirsa pun jadi lebih real.

Jadi itulah satu contoh kenapa Jurnalistik TV, dengan  produknya: Berita TV, dinilai lebih berpengaruh ke audiens-nya.

Namun, kata Om Gun, perkembangan Jurnalistik TV di Indonesia tuh tergolong lambat. Soalnya tidak ada role model. Sumber pendidikannya pun hanya 1: TVRI. Itulah sebabnya, tayangan Berita TV di Indonesia cenderung seragam. Peristiwa yang sama, dilaporkan dengan cara dan sudut pandang yang sama. Begitu deh.

Jurnalistik TV di Lapangan

akberbks27 getty images reporter & cameramanTim Jurnalistik TV di lapangan biasanya terdiri dari dua orang. Seorang reporter dan seorang kameramen. Reporter melakukan wawancara dan menulis berita, sedangkan kameramen mengambil gambar.

Seringkali, naskah berita TV tidak jauh berbeda dengan naskah berita cetak. Padahal, salah satu prinsip Jurnalistik TV adalah Berita Gambar. Artinya, naskah hanya memperkuat info tentang gambar, bukan menceritakan apa yang ada di gambar.

Kamera mempunyai karakter :

  1. Jujur : Menampilkan apa adanya.
  2. Bodoh : Tetap butuh data lain agar gambar jadi berita utuh. (data ini dihimpun oleh reporter dan tim riset).

Sedangkan karakter yang wajib dimiliki reporter :

  1. Skeptis — Tidak percaya begitu saja, agar lebih kritis dalam mencari data sumber yang paling terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan.
  2. Update – Supaya dapat menyajikan berita yang aktual.
  3. Tidak boleh partisan — Tidak boleh memihak salah satu pihak, karena harus fair.

Berita TV yang baik mempunyai sifat:

  1. Aktual — menampilkan berita-berita terkini, dan updated.
  2. Faktual — menampilkan berita-berita yang berdasarkan fakta.
  3. Akurat — menampilkan data-data yang tepat. Akurasi bisa dicapai kalau mendapatkan sumber data atau narasumber yang tepat.
  4. Berimbang — Cover both sides. Tidak memihak ke salah satu pihak.

Ada saran untuk reporter TV nih:

  1. Dalam mewawancarai narasumber, usahakan untuk tetap formil walaupun jurnalis kenal dekat dengan narasumber. Hal ini untuk menghindari praduga penonton kalau jurnalis bisa “disetir” narasumber. Kalau jurnalis terlihat kenal sangat dekat dengan narasumber, maka akan terkesan “jangan-jangan nyampein yang baik-baiknya aja nih.”. Padahal jurnalis kan harus fair.
  2. Hindari penggunaan kata ‘terlihat’ dalam membuat reportase sebuah gambar atau video.

Cara menyampaikan berita ada beberapa macam. Antara lain dengan news sticker atau melalui naskah yang dibacakan news anchor.

Di atas disebut bahwa Berita TV punya dampak yang lebih kuat dibanding berita di media massa lainnya. Tapi bukan berarti Berita TV tak punya kelemahan. Ada kelemahannya! Berita TV umumnya hanya menyampaikan berita secara general. Bukan berita mendalam. Sebab umumnya Berita TV berdurasi singkat, sekitar 1-1,5 menit.

Selain itu ada juga beberapa salah kaprah Berita TV. Biasanya ini terjadi karena pihak TV mengejar rating tinggi. Salah kaprah ini kadang tidak disadari penonton. Nah, makanya…. jadi penonton cerdas yah, imbau Om Gun.

Salah kaprah Berita TV, antara lain:

  1. Beropini dlm menyampaikan berita. Ini mestinya tidak boleh, karena jurnalis harus fair. Kalau jurnalis punya opini yang berbeda, dia harus mencari narasumber yang bisa menyuarakan opini itu. Istilahnya “pinjam mulut narasumber”.
  2. Ada backsound di tayangan Berita TV. Ini tidak perlu. Berita TV itu bukan film.
  3. Dramatisasi Berita TV. Ada yang pakai backsound, ada yang dengan kata-kata bombastis dan intonasi dramatis “jeng-jeng-jeng” ala sinteron.

Sebagai kata penutup, Om Gun bilang, sebenernya terdapat jiwa jurnalistik pada tiap orang, contohnya adalah selalu meyampaikan apapun via sosial media. Nah, kamu termasuk yang suka reporting via sosmed atau bukaaaan?? :))

Kalau mau belajar reporting ala Jurnalis TV, Om Gun bersedia ngajarin lho! Lengkap dari cari berita, mengambil berita, mengedit berita, sampai komplit jadi bahan yang bisa ditayangkan. Kapaaaannn?? Tunggu tanggal mainnya!!

Terakhir, seperti biasa di ujung kelas Akademi Berbagi, murid-murid pun foto bersama guru.

Jangan lupa, akan ada kelas dengan tema “Membuat Berita TV” ya! Lengkap pakai latihan reporting dan editing lho. Pantau terus jadwal Akber Bekasi. Sampai Jumpa! :)))))

Sumber cerita Akber : [ blog Akber Bekasi ]