Menjadi Generasi Adaptif di Era Digital

Menjadi Generasi Adaptif di Era Digital

Menjadi Generasi Adaptif di Era Digital

Makin dinamisnya perkembangan teknologi di era digital seperti sekarang ini memaksa tiap generasi
agar mampu dengan cepat beradaptasi dengan segala perubahan yang ada. Hal ini tentu sangat mudah dilakukan oleh generasi yang tumbuh di mana teknologi sudah tercipta, namun bagaimana dengan generasi sebelumnya di mana teknologi masih serba terbatas?

Berdasarkan permasalahan tersebut, pada 4 Agustus 2018 lalu Akademi Berbagi membuat kelas
bertema Menjadi Generasi Adaptif di Era Digital. Kelas ini juga sekaligus menjadi perayaan 8 tahun perjalanan Akademi Berbagi. Kelas yang berlangsung di Ruang Serbaguna Kementrian Kominfo ini mendatangkan 5 relawan guru lintas generasi, yaitu Tyovan Ari Widagdo (CEO Bahaso), Sarita Sutedja (Founder Warunk Upnormal), Handry Satriago (CEO GE Indonesia), Ainun Chomsun (Founder Akademi Berbagi) dan Yanuar Nugroho (Deputi II Kantor Staf Kepresidenan dan Research Fellow di Manchester University).

Kelas dimulai dengan presentasi singkat dari Tyovan Ari Widagdo. Keterbatasan materi tidak menjadi
penghalang Tyovan untuk terus belajar. Berangkat dari pengalamannya yang kesulitan belajar bahasa
asing saat belajar pemrograman dan melihat pentingnya menguasai bahasa asing sebagai bekal
menghadapai gobalisasi, Tyovan membuat Bahaso.

Bahaso adalah aplikasi smartphone yang dapat membantu belajar bahasa asing secara mudah dan dapat diakses di mana saja, oleh siapa saja. Hal ini pun mengantarkan namanya menjadi salah satu dari list Forbes 30 Under 30 tahun 2017. Ingin selalu dapat memberikan manfaat pada sesama menjadi bahan bakarnya untuk terus berinovasi di dunia digital.

Pembicara selanjutnya adalah Sarita Sutedja, pendiri Warunk Upnormal yang tergabung dalam Citarasa Prima Group. Passion-nya di bidang marketing dan kuliner memberinya ide mendirikan Warunk Upnormal. Tidak hanya itu, bisnisnya juga terus berkembang. Bahkan saat ini Ia bersama beberapa temannya mendirikan perusahaan PT Citarasa Prima yang berbasis di Bandung.

Keberhasilan yang saat ini diraih bukan tanpa halangan. Sarita bercerita, dia perah ditinggal semua
karyawannya dan terpaksa harus turun ke dapur untuk membuatkan semua pesanan pelanggan. Namun, hal ini tidak menyurutkan semangat Sarita untuk bangkit kembali. Konsistensi, komitmen yang tinggi dan kemampuan bangkit di setiap kesulitan jadi bekal utama jika ingin sukses di era digital seperti sekarang.

Jika 2 pembicara sebelumnya datang dari generasi Y, di sesi ketiga, Pak Yanuar Nugroho sebagai generasi X memberikan insight dan saran untuk menjadi pribadi adaptif terhadap perkembangan zaman yang berubah dengan cepat. Terus menimba ilmu dan meperluas wawasan adalah salah satu pesan yang disampaikan oleh Pak Yanuar Nugroho untuk generasi milenial.

Pendidikan memang penting, tapi mengedukasi diri juga tidak kalah penting. “Pendidikan tidak sama dengan persekolahan. Teredukasi dengan baik tidak mesti tersekolahkan, you have to keep educating yourself. Bukan untuk sekolah, tapi untuk belajar itu saya hidup.” Karena sejatinya belajar adalah kewajiban yang tidak putus hingga akhir hayat.

Di sesi keempat, Bang Handry Satriago bercerita seputar pengalaman hidup yang mengubahnya menjadi pribadi yang tangguh. Menurutnya ada 3 hal penting yang harus kita miliki agar menjadi generasi penerus yang tangguh, yaitu :

  1. Think bigger and globally, agar dapat berkompetisi dengan negara-negara lain yang lebih maju.
  2. Cut the cycle, kurangi cara-cara kerja sebelumnya yang tidak efektif agar tidak terjebak mengulangi siklus yang sama. Temukan cara berpikir atau inovasi baru agar dapat berkembang lebih baik.
  3. Have the resiliency, agar dapat menjadi pribadi yang kokoh dan dapat tidak mudah menyerah menghadapi setiap kesulitan yang muncul.

Sesi terakhir diadakan selebrasi ulang tahun Akademi Berbagi ke-8. Dalam selebrasi ini juga diumumkan pergantian logo Akademi Berbagi. Menurut Mba Ainun Chomsun, “pentingnya pergantian logo ini dilakukan sebagai bentuk adaptasi Akademi Berbagi terhadap perubahan perilaku generasi milenial atau lebih jauh lagi, generasi Z.”

Terima kasih untuk Kominfo dan Siberkreasi yang telah mendukung kelas ini hingga berjalan dengan
lancar. Terima kasih juga kami ucapkan kepada DBS yang telah mendukung progam-program Akademi Berbagi.

Terakhir, terima kasih untuk para relawan dan murid yang telah menyediakan waktunya untuk belajar
bersama Akademi Berbagi. Pantau akun media sosial Akademi Berbagi untuk informasi jadwal kelas.

Sampai bertemu di kelas selanjutnya, Akberians!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *