[Review Public Lecture] Media & Community In The Digital Era

[Review Public Lecture] Media & Community In The Digital Era

[Review Public Lecture] Media & Community In The Digital Era

Suasana ramai, santai, namun penuh semangat belajar mewarnai ruangan kantor Microsoft di tower 2 BEJ, Jakarta. Hal ini terjadi karena Akademi Berbagi kembali menggelar Public Lecture yang kedua kalinya dengan tema “Media & Community: In The Digital Era” bersama Budiono Darsono atau yang akrab disapa Bdi – Pendiri dan CEO detik.com, dan Petty S Fatimah – Editor in-Chief & Chief Community Officer dari Femina Group. Terhitung hampir 100 orang sudah hadir sejak pukul 9 pagi pada hari Sabtu, 9 Mei 2015 untuk belajar dari dua orang yang tak perlu diragukan lagi pengalamannya.

Bagi mereka yang gemar menikmati sajian informasi pada era internet bisa dipastikan tidak ada yang tidak mengenal dua sosok tersebut. Budiono Darsono merupakan salah satu tokoh yang membangun sebuah bisnis portal informasi yang menjadi tonggak baru dalam jurnalistik dan juga cara masyarakat Indonesia dalam menyerap informasi. Sedangkan Petty Fatimah adalah salah satu sosok yang mampu membuat Femina mampu bertahan dan bahkan terus berkembang saat media cetak diterpa ‘badai digital’.

Sebagai pembicara pertama, Bdi dengan gayanya yang santai dan penuh humor menceritakan proses berdirinya detik.com pada tahun 1998 bersama Abdulrahman, Didi Nugrahadi, dan Yayan Sopyan. Cerita bermula saat Bdi dan founder detik.com lainnya yang masih dalam nama Agrakom diminta oleh Kompas.com untuk membuat website lalu mengunggah berita pagi ke website pada sore harinya. Namun Bdi berfikir bahwa media online seharusnya bisa mengangkat berita setiap saat. Bagi Bdi, media online harus dibangun dengan Journalism Process agar bisa menyajikan berita dengan cepat. Konsep tersebut diajukannya ke Kompas.com, namun ternyata ditolak.

Bdi kemudian merintis Detik.com dengan harapan bahwa Kompas.com bisa melihat bagaimana seharusnya media online menyajikan berita. Bermodalkan Handy Talky untuk wartawannya, detik.com melancarkan aksi Journalism Process ini. Apapun kejadian yang berlangsung, beritanya akan tayang saat itu juga di portal tanpa harus menunggu waktu lama. Dalam perjalanannya Detik.com malah semakin berkembang dan mendapatkan kontrak iklan pertama dengan nilai cukup besar pada saat itu. Bdi memutuskan untuk tidak memikirkan lagi Kompas.com dan lebih memilih untuk mengembangkan detik.com.

Akademi Berbagi Public Lecture 2 - Budiono Darsono

Budiono Darsono dengan gaya santai dan penuh humor saat berbagi di Public Lecture

Dalam sesi tersebut Bdi juga membagikan kunci sukses detik.com hingga menjadi sebesar ini. Beliau membag kunci tersebut menjadi 3 bagian:

  • Content
  • Traffic
  • Revenue

Jika dirangkum, Bdi mengatakan bahwa kunci sukses membangun detik.com ada apada content yang kuat secara kuantitas dan memiliki diferensiasi agar bisa mendatangkan traffic pembaca yang besar. Trafik yang besar tersebut bisa dikembangkan dengan beberapa cara seperti dengan membuatkan komunitas, forum, dan engagement marketing (email blast, Twitter, Facebook). Dengan memiliki jumlah pembaca dalam jumlah besar bisa membuat detik.com menghasilkan revenue dari mereka yang ingin memasang iklan.

Bukan Lagi Oplah, Tapi Community Engagement

Mbak Petty mengisi sesi kedua dengan menceritakan bagaimana Femina sebagai media yang berbasis cetak bisa sukses di era digital. Sebagai informasi, saat ini Femina Group memiliki 13 media yang berbasis cetak dan 11 media yang berbasis online. Kunci sukses Femina Group bisa berkembang hingga saat ini karena melakukan Community Engagement. Hal ini dilakukan karena oplah sebuah media cetak yang dulu dinilai sangat penting kini sudah banyak berubah di era digital.

Femina melakukan Community Engagement dengan 2 program utama, yaitu Multiplatform (hadir di berbagai kanal) dan Community Development Program. Terhitung saat ini Femina hadir di 7 kanal online yang meliputi instagram, pinterest, facebook, dan lain-lain. Tak hanya online, Femina juga hadir pada satu pada radio dan buku. Dengan jumlah platform sebanyak itu, bukan hal yang mengherankan jika saat ini mereka memiliki agregat viewers hingga 8,2 juta..

Petty S Fatimah sedang berbagi rahasia sukses Community Development dari Femina Group

Petty juga membuka ‘dapur sukses’ Femina tentang bagaimana melakukan Community Development Program kepada Akberians yang hadir. Untuk bisa mengembangkan komunitas, Femina melakukan riset mendalam yang berpedoman pada Community Mapping tentang 3 hal berikut ini:

  • Population & Growth
  • Market & Consumer Trend
  • Business Opportunity

Untuk mendapatkannya, Femina melakukan 3 langkah yang diantaranya adalah data collection, field observation, dan pillars discussion. Tujuan dari Community Mapping ini agar Femina bisa mengetahui apa saja yang mereka sukai dan menggambarkan seperti apa profil pembaca yang tergabung dalam komunitas. Ini penting untuk bisa menentukan konten apa saja yang bermanfaat dan juga memilih acara apa saja yang tepat untuk diadakan bersama dengan para anggota yang tergabung di dalamnya. Selain itu, dengan cara ini Femina juga bisa membantu kebutuhan pembaca sesuai dengan minat mereka.

Apa keuntungannya Community Development Program untuk media? Dari program ini pastinya media akan mendapatkan beberapa Business Opportunity, salah satu contohnya adalah peluang menjalankan aktivasi bersama sponsor. Femina Group sendiri saat ini memiliki 3 program aktivasi, antara lain: to share & care, to learn more, to compete. Namun Petty menekankan bahwa ada atau tidak ada sponsor, program komunitas harus tetap berjalan. Komunitas juga bukan diposisikan sebagai pengganti iklan di media, tapi lebih kepada menjaga loyalitas pembaca.

Berbicara tentang online tidak lengkap jika tidak membahas tentang teknologi. Akademi Berbagi Foundation mengucapkan terima kasih karena selain mendonasikan ruangannya untuk digunakan, Microsoft sebagai salah satu perusahaan teknologi di dunia juga menghadirkan Norman Sasono yang membagikan ilmunya bagaimana mengembangkan startup teknologi.

Menurut Norman, berbagai kemajuan teknologi saat ini sangat membantu orang untuk bisa membangun startup dengan lebih mudah. Startup termasuk jenis usaha yang bisnis modelnya belum tetap sehingga pemasukan yang diterima juga belum besar. Untuk itu para pendiri startup harus pintar dalam mengatur pengeluaran. Dalam membuat website misalnya, sebuah startup teknologi bisa memilih menyewa server ketimbang membeli karena biayanya jauh lebih murah. Jenis-jenis servis seperti Bizspark yang dimiliki Microsoft bisa jadi pilihan karena menawarkan servis gratis untuk startup yang berumur kurang dari 5 tahun dan omzet dibawah 10 M.

Sebelum ditutup dengan foto bersama, Public Lecture diisi dengan sesi sharing oleh Rismadani Chaniago yang mewakili komunitas Taman Bacaan Anak Lebah. Kegiatan utama mereka adalah membangun tempat membaca yang nyaman untuk anak-anak di Indonesia, terutama bagian timur. Komunitas Taman Bacaan Anak Lebah bisa dihubungi lebih lanjut di akun Twitter @lebahbooks.

Public Lecture kedua akhirnya usai. Kelas Akademi Berbagi Jakarta yang diadakan dengan format baru tiap 2 bulan sekali ini memberi banyak ilmu baru, cerita baru, dan teman-teman baru untuk Akberians yang hadir. Berbagai memang bikin happy!

foto bersama Public Lecture 2 Akademi Berbagi

Foto bersama peserta yang hadir dengan guru Public Lecture Akademi Berbagi

 

Penulis: Agustaf Riyadi, relawan Akademi Berbagi Jakarta

Sumber foto: dokumentasi Akademi Berbagi