SEBUAH KESEMPATAN

SEBUAH KESEMPATAN

SEBUAH KESEMPATAN

Halo perkenalkan nama saya Rama, lengkapnya Ramanda Putra Wahyu Irianto. Saya mau berbagi cerita tentang “Sebuah Kesempatan” yang saya dapat ketika mengikuti Workshop Leadership Akademi Berbagi di Jakarta, tanggal 22 – 24 Februari 2019.

….

Hal pertama yang terbesit dipikiran adalah terkejut dan tidak menduga bisa terpilih sebagai peserta untuk mengikuti workshop. Jujur setelah pertemuan akbar seluruh volunteer Akademi Berbagi yang terakhir di Tawangmangu-Solo, saya kurang aktif di Akber daerah saya (Yogyakarta). Waktu itu ge-er sekali rasanya ketika kepala sekolah Akber Jogja mengirimkan screenshot chat WhatsApp ke grup volunteer aktif. Chat tersebut menampilkan percakapan antara Mbak Rina selaku pengurus Akademi Berbagi Foundation dengan Wiranto (kepsek Akber Jogja), yang dimana Mbak Rina menanyakan nama lengkap dan kontak dari saya, Mbak Kiki dan Mas Rani.

Sudah kepedean dong, tapi saya juga tidak ingin takabur dan mulai bertanya pada diri sendiri, kalau memang beneran kepilih, kenapa bisa ya? . Hal tersebut yang menjadi pertanyaan besar saya. Selang beberapa hari setelahnya, ternyata beneran memang kami bertiga yang kepilih untuk mengikuti workshop tersebut. Rasa senang sekaligus tidak enak dengan teman-teman volunteer lain, karena alasan yang tadi. Tapi mereka justru mendukung kami untuk ikutan. Awalnya sempat mikir tidak ingin mengikuti, terbukti dari saya mengirimkan surat pernyataan kurang dari 1 jam deadline waktu untuk menyetor hehe…..

Faktor kerjaan dan kesibukan lain yang membuat saya bimbang untuk mengikuti workshop. Saya cerita ke teman-teman terdekat saya akan hal ini, dan mereka semua kompak bilang “Ambil Ram!”.
Disitu saya jadi termotivasi dan mungkin ini adalah “Sebuah Kesempatan” yang harus saya ambil.

 

Intermezzo sedikit nih, boleh ya…..

 

Waktu mau berangkat ke Jakarta, saya hampir saja ketinggalan kereta, dengan berbagai drama yang terjadi seperti pulang kantor kemaleman, ojek online yang tidak kunjung datang karena gerimis, hingga ketika perjalan ke stasiun, setiap ada lampu lalu lintas, warnanya hijau semua. Kalau jodoh memang tidak kemana ya hahaha…..

 

Terima kasih banyak untuk para guru di hari pertama workshop. Karena telah memberi suntikan, tidak hanya semangat tapi juga makna mendalam tentang volunteerism. Pembukaan kelas seperti biasa dimulai dengan speech dari Founder Akademi Berbagi, Mba Ainun Chomsun (selanjutnya disebut Mbak Ai). Beliau ini memang begitu spesial, selalu mengingatkan kembali arti penting menjadi volunteer sampai kekuatan relasi yang bisa menjadi petunjuk kemana arah hidupmu akan mengalir.

Guru yang pertama adalah Mas Didut. Sayang sekali kelasnya sangat singkat, jadi saya tidak bisa banyak mengingat, kecuali tentang betapa kuatnya “Branding”. Bagaimana kita menyampaikan sebuah kampanye, merealisasikan ide hingga target dari brand tersebut. Sungguh ilmu masa kini sekali.

 

Kelas berikutnya diisi oleh Mas Roby Muhamad dan Mbak Marissa Hapsari. Sejak LLD terakhir di Solo, saya begitu mengagumi sosok seorang Roby Muhamad. Manusia yang kata Mba Ainun hidupnya sekolah mulu. Saya menyukai pemikiran-pemikiran beliau tentang agama, teknologi, sosiologi dan lain hal. Beliau ini ilmunya banyak banget!

Kelas dimulai dengan pemaparan dari Mba Marissa tentang pekerjaan masa depan, mana yang akan hilang dan mana yang akan terus bertumbuh. Pekerjaan di masa mendatang banyak didominasi oleh bidang yang berkaitan dengan teknologi, tapi Alhamdulillah untuk bidang kreatif, seni, dan manajemen manusia masih tetap hidup, karena saya suka disitu hehe..

Dengan catatan yang sudah saya buat, tidak boleh terjebak di zona nyaman suatu perkejaan, banyak belajar berbagai hal dan cepat beradaptasi. Untuk kelas Mas Roby, saya jadi benar-benar terbuka wawasannya tentang volunteerism. Bagaimana tidak, beliau menyatakan banyak pemimpin hebat
lahir dari seorang yang dulu pernah menjadi volunteer. Karena esensi volunteer adalah berdasarkan suka dan rela, itulah yang membuat bekerja menjadi semangat dan tidak kenal lelah untuk menggapai sebuah tujuan. Ditambah kekuatan cinta dari manusia, dimana cinta bisa menggerakkan siapa saja untuk melakukan sesuatu, khususnya hal yang baik.

Jadi, mau secanggih apapun teknologi buatan manusia tidak akan bisa mengalahkan kekuatan cinta dan kasih sayang (duh sedih jomblo haha).

Penutup hari pertama, kelas diisi oleh Mas Yhanuar, beliau adalah Co-founder sekaligus relawan pertama Akademi Berbagi. Penjelasan beliau tentang manfaat “Akber” agak membuat saya meringis, tapi ada benarnya juga. Seperti kata Mba Ainun, kelas Akber itu dibuat sebenarnya untuk para relawannya, jadi yang belajar relawan dulu baru Akberians (sebutan untuk murid di kelas Akber), jangan kebalik. Pernyataan-pernyataan dari Mas Yhanuar dan Mba Ai inilah solusi bagi Akber setiap daerah yang memiliki masalah internal tentang semangat relawan. Hidup Akber!

 

Berpikir beda dan berani bersikap adalah hal yang saya dapatkan di hari kedua. Kelas pertama diisi oleh orang yang saya selalu saksikan di Youtube-nya CNN Indonesia, Mas Prabu Revolusi. Judul kelas beliau membuat saya senang RIP Public Speaking.

Kenapa saya senang? Karena saya termasuk orang yang takut untuk berbicara dihadapan banyak orang.

Materi yang disampaikan beliau intinya adalah kekuatan narasi. Bagaimana dewasa ini masyarakat menjadi prosumer : producer sekaligus consumer. Siapa saja bisa menjadi media. Sekarang khalayak lebih suka konten atau tokoh yang mempunyai cerita yang koheren (berhubungan) dengan mereka, tidak terlalu penting lagi untuk hebat public speaking atau beretorika. Jadi narasi first content next.

Saya menyimpulkan hal penting dari pemaparan Mas Prabu, terkait saya takut untuk bicara depan orang banyak, yaitu cerita saja, lebih tenang dan berbeda suasana hatinya ketika bercerita, dibandingkan presentasi yang bawaannya serius dan bikin tegang.

Kelas kedua diisi oleh Mas Glenn Marsalim. Beliau dalam pembawaan materinya santai dan bikin ketawa mulu. Walaupun Mas Glenn bilang yang disampaikannya hanya Cuaci (Cuap cuap banci), tapi bagi saya ilmunya dia mahal sekali.
Bagaimana kita bisa berpikir kreatif, membuat orang-orang spark joy dan cling!
Bagaimana berpikir yang tidak bisa menjadi bisa, menyelesaikan masalah dengan kondisi terbatas, membuat yang rumit menjadi mudah dan semua itu bukan hanya impian, tapi tindakan nyata yang terwujudkan. Walaupun apa yang kita buat tidak semua orang bakal menyukainya.

 

Mba Cynthia Wihardja adalah guru yang mengisi kelas selanjutnya, dengan materi presentasi. Ini yang bikin saya dag dig dug. Beliau menjelaskan semua orang pasti bisa, dalam hal apapun itu termasuk presentasi. Tinggal butuh niat dan latihan. Karena untuk menjadi good speaker dibutuhkan jam terbang juga. Harus percaya diri dan menerima diri apa adanya.

Kelas penutup diisi oleh Mba Windy Ariestanty. Orang yang aku temui sudah tiga kali, dan baru yang ketiga ini aku sadar indahnya mengungkapkan pemikiran dengan tulisan. Beliau memberi materi bagaimana menulis persuasif. Kami diajarkan untuk berani bersikap dalam menulis, karena menulis bertujuan untuk membereskan asumsi.

Selain diberi langkah-langkah menulis yang baik, Mba Windy meminta kita (peserta workhop) untuk langsung praktek menulis di tempat dengan waktu yang singkat. Saat itulah aku pertama kali semangat untuk menulis dengan kesadaran sendiri.

 

Pelajaran yang begitu berharga saya dapatkan di hari terakhir workshop. Hari ketiga diisi penuh oleh Mba Yanti, Bang Zul dan Mba Esti. Membuat saya nostalgia dengan LLD di Solo dimana beliau-beliau membuat banyak relawan Akber terkesan dengan permainan yang penuh makna.

Sebelum mulai kelas, ada hal yang tidak mengenakan terjadi, saya dan teman sekamar saya (Andika Akber Solo) bangun kesiangan!

Waktu itu sudah pukul 8 pagi kurang 5 menit. Saya langsung cuci muka, sikat gigi, dan ganti baju. Lanjut packing barang bawaan dengan terburu-buru, takut dimarah Mba Ai. Andika dengan tenangnya mandi dulu, saya duluan ke ruang kelas. Di pagi itu saya tidak mandi, ya ampun…..

Permainan pertama adalah tali kusut (mohon maaf untuk orang yang berada di dekat saya apabila mencium bau kurang sedap haha, tapi udah pake parfum kok).

 

Game tali kusut ini sungguh menantang, bagaimana caranya kita membuat lingkaran dari tangan-tangan yang saling berpegangan dengan arah yang tidak jelas. Pelajaran yang saya petik adalah jika saya dalam kondisi sudah stuck atau buntu, saya perlu mendengar masukan dari orang lain, tidak memaksa untuk menyelesaikan masalah itu sendirian.

 

Game kedua yang saya sukai, karena mirip dengan film Bird Box dari Netflix. Kami harus memakai penutup mata dan berusaha keluar ruangan dengan diberi petunjuk. Belajar dari game sebelumnya, saya menyimak baik-baik petunjuk tersebut. Pelajaran dari game ini adalah bagaimana menyimak dengan baik adalah hal penting, lalu bertanyalah jika memang tidak tahu dan turunkanlah ego apabila butuh bantuan orang lain. Terbaik!

 

Permainan selanjutnya adalah Puzzle dari koran. Kami diminta menyatukan puzzle tersebut dan memberikan bagian puzzle dari tim satu ke tim yang lain. Poin penting yang didapat adalah terkadang dengan memberi, kita bisa mendapatkan lebih dari apa yang kita harapkan dan ketika memberi jangan setengah-setengah, berbagi dengan ikhlas dan bermanfaat untuk orang lain.

 

Permainan terakhir ini yang membuatku dapat pelajaran begitu berharga. Kami ditantang untuk menukar paper clip atau penjepit kertas dengan barang, tidak boleh makanan ataupun minuman. Paper clip ini harus ditukar ke orang lain di daerah sekitar hotel tempat kami melaksanakan workshop.

Disitulah saya berpisah dengan rombongan volunteer lain, saya datang ke pedagang soto dan ingin menukar paper clip saya dengan topi mas penjual soto. Saya melanggar peraturan yang dimana tidak boleh menyebutkan jika sedang workshop dan tidak boleh meminjam. Setelah semua balik ke kelas, saya hanya bisa berdiam diri mendengar cerita-cerita relawan lain yang inspiratif.

Saya benar-benar mendapat pengalaman berharga, bahwa saya tidak bisa sesuka hati terhadap orang lain, tidak peduli dengan orang lain, saya harus belajar bagaimana saya bisa bermanfaat untuk orang lain tanpa ada niatan terselubung. Terima kasih banyak game-game kecenya Mbak Yanti, Bang Zul dan Mbak Esti!

 

Rangkaian workshop Akademi Berbagi membuat saya menjadi orang yang lebih berisi lagi (wawasannya) dan belajar bagaimana bersikap di zaman sekarang. Terima kasih sekali lagi untuk para guru yang sudah membagikan ilmu mahalnya, para panitia yang mempersiapkan workshop ini, teman-teman peserta workshop dari berbagai penjuru Indonesia dan untuk Mba Ai,yang kenalan guru-gurunya juara semua hehe. Terima kasih telah memberi saya “Sebuah Kesempatan”.

 

Selesai.

 

Ramanda Putra
Relawan Akber Jogja

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *