Story Telling In Digital Marketing

Story Telling In Digital Marketing

Story Telling In Digital Marketing

Hai Akberians!!

Tanggal 25 mei 2014, @akberjogja mengadakan kelas bertema “Story Telling in Digital Marketing” bareng Mas @dimasnovriandi yang bertempat di @Yogyatourium. Kelas dengan durasi waktu kurang lebih dua jam ini berlangsung seru sekali.

Mas Dimas ini sekarang menjabat sebagai General Manager di XM Gravity Indonesa. Dia pernah juga berkarir sebagai Indonesian Social Media Conversation Manager di PRISM JWT Bangkok lho. Dapet bocoran juga kalo Mas Dimas suka ngemil belalang goreng. WOWW!

Yuk simak keseruan kelasnya!

Pada kesempatan kali ini, mas Dimas berbagi ilmu tentang gimana cara kita ber-marketing yang efektif, nggak cuma menawarkan atau menjual barang secara digital tapi juga harus ada cerita untuk membangun emosi dari klien kita. Story telling itu bukan gosip, tapi sebuah fakta. Bukan kebohongan.

Ada dua perbedaan cara marketing masa lalu dan masa kini yaitu AIDA dan AISAS. Apa itu AIDA dan AISAS??

AIDA (Awareness, Interest, Desire, Action) dalam marketing artinya langkah pertama yang ditempuh adalah menimbulkan Awareness supaya orang tertarik (Interest),sehingga menimbulkan keinginan (Desire) untuk memiliki, dan pada akhirnya Action yang diambil yaitu membelinya.

Berbeda dengan masa digital seperti sekarang ini, dalam marketing kita harus menerapkan cara AISAS (Awareness, Interest, Search, Action, Share) yaitu setelah berhasil menimbulkan Awareness dan Interest, maka konsumen akan segera mencari tahu (Search) sebelum melakukan (Action) membeli, dan pada akhirnya konsumen akan berbagi (Share) tentang bagaimana kepuasan yang didapatkan.

Pertanyaannya adalah, mengapa kita harus ber-storytelling? Jawabannya: karena itu berhasil, mudah diingat, dan membuat komunikasi lebih lancar. Sehingga, produk kita terlihat lebih kreatif. Because now, “Stories can be more. Images. Videos. Apps. Devices.”

Ada tujuh cara untuk ber-storytelling yang baik :

  1. Ketahui audiensnya.
  2. Bisa dipercaya dan berbeda.
  3. KISS (keep it simple and sweet).
  4. Menarik dari awal sampai akhir.
  5. Jadilah diri sendiri.
  6. Mencoba hal baru.
  7. Tau tujuan dari storytelling-nya.

Nah, kalo kita udah tahu gimana cara ber-storytelling kita perlu tahu juga gimana cara menyampaikan cerita itu sendiri. Berikut 7 element dalam digital stories:

  1. Audience – Untuk siapa kita bercerita, karena setiap cerita memiliki audience-nya masing-masing.
  2. Purpose – Apa yang dituju? Menginformasikan, mendidik, menghibur atau menakut-nakuti?
  3. Content – Konten yang termuat harus bermakna.
  4. Voice – Bercerita dari sudut pandang tertentu dan menggunakan pencerita untuk memperkaya cerita.
  5. Technology – Menggunakan teknologi untuk memperpanjang cerita yang ada.
  6. Connections – Cerita yang baik berhubungan dengan pesertanya.
  7. Economy.

Jadi kesimpulannya, sebelum ber-storytelling harus ditentukan terlebih dahulu mau mulai dari mana (web, video, website, blog, etc), dan kuncinya adalah harus konsisten. Nggak perlu pake semua media social yang ada karena kita sudah punya tujuan kemana arah marketing-nya. Tapi, kita tetap bisa mencoba untuk explore cara lainnya, asalkan bisa konsisten.

“Stories humanize us and help us form connections. In a world where human connections help us accomplish everything,storytelling is the most effective way for us to succeed, whatever we’re trying to accomplish” –dimasnovriandi-

Terimakasih untuk semua Akberians yang sudah hadir di kelas “Story Telling in Digital Marketing”, dan tak lupa terimakasih kami ucapkan juga untuk @yogyatourium yang sudah berkenan menyediakan tempat untuk kelas kita. Sampai jumpa di kelas berikutnya.

[ditulis oleh @desisiechi ]

PIC : Kiana (@ikianakiono), Rifan (@__rifan), Irma (@irmamomon) dan Desi (@desisiechi)

*special thanks to @valendgranith yang menjadi MC dadakan*

Sumber cerita Akber : [ blog Akber Jogja ]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *