AKADEMI BERBAGI LEADERSHIP WORKSHOP
DARI KACAMATA MC KELAS TERI
Ketika teman-teman Akademi Berbagi mengajak saya untuk menjadi MC (master of ceremony) untuk acara mereka di akhir bulan Februari 2019 lalu, saya sempat diam sebentar, lalu mengiakan.
Jumat siang itu Jakarta macet sekali, di bus saya harus menahan mual sepanjang perjalanan. Di tol dari Bekasi menuju terminal Blok M yang saya pikirkan hanya ingin cepat sampai dan memulai acara hari ini. Menjadi MC selalu menengangkan bagi saya walau yang nonton teman-teman juga.
Meskipun komunitas Akademi Berbagi sudah seperti rumah sendiri, memandu acara mereka selalu membuat saya gugup. Gimana tidak gugup bila harus membuat acara meriah padahal yang jadi pembicara adalah orang-orang hebat, bagus dan ahli di bidangnya. Sosok yang berpengalaman menghadapi audience dari berbagai latar belakang. Sedangkan saya? Hanya MC kelas teri dengan pengalaman kelas bungkus sabun cuci mengambang di lautan dan tak bisa terurai.
Setelah melihat rundown Akademi Berbagi Leadership Workshop perasaan hati saya makin tak karuan. Prabu Revolusi bokkk, Robi Muhamad yang punya gelar master beranak pinak, belum mbak Windy Ariestanty penulis idola yang tulisannya selalu menjadi rujukan saya ketika ingin menulis tulisan narasi. Tapi kemudian saya yakin kekuatan doa dan persiapan matang tidak pernah membohongi hasil, klise? Ya memang. Tapi kalau kamu terlahir dengan tingkat anxiety tinggi seperti saya pasti mengerti pentingnya semua itu.
Saya selalu merasa sebagai orang yang beruntung. Walau kemualan datang dan mood yang drop kerena telat shalat jumat sempat hadir, namun pembukaan berjalan cukup lancar. Akademi Berbagi Leadership Workshop resmi dibuka oleh Mbak Ainun Chomsum sang founder yang kami semua idolakan.
Kemudian saya dan para peserta memulai workshop dengan sesi perkenalan melalui permainan yang namanya saya pikirkan semalaman “snowballs war” keminggris dong biar terlihat keren. Senang sekali ternyata beberapa peserta sudah saya kenal dan yang belum kenal pun ternyata sangat ramah, suasanapun menjadi cair.
Workshop berjalan tiga hari dua malam. Bertempat di hotel daerah Kemang tempat nongkrong brondong ibukota. Setiap kelas terasa bermakna bagi saya. Mas Robi bilang “kamu beneran S2 sejarah ya!” itu ketika saya bertanya tentang apa masih ada masa depan untuk lulusan sejarah di zaman yang serba cepat ini. Dia bilang lagi, sejarah itu malah penting sekali loh selain sastra dan ilmu sosial.
Ada kurang lebih sepuluh pembicara semua membahas hal-hal menyangkut pengembangan calon pemimpin masa depan. Dari mulai menulis, berpikir kreatif, presentasi dan lain-lain. Semua menarik semua penting. Walau hanya berperan sebagai pembawa acara, boleh lah saya colongan ikut kelas apalagi ketika kelas mbak Windy Ariestanty. Menjahit tulisan menjadi menarik dan tertata itu tidak mudah loh.
Tapi colongan ikut kelas saya paling parah adalah saat nyemplung jadi peserta di kelas Bang Zul, Mbak Yanti dan Mbak Esti. Gimana dong ya kelasnya seru sekali permainannya begitu memikat sampai saya harus “jual diri” ke satpam hotel biar jepitan kertas bisa ditukarkan dengan sebuah barang.
Begitu banyak pengalaman saya dapat dari Akademi Berbagi. Dari zaman masih jadi relawan aktif sampai jadi MC pun Akber masih memberi kesempatan pada saya untuk terus belajar.
Saya jadi teringat satu sesi di workshop ini yaitu sesi Mas Glenn Marsalim tentang berpikir kreatif. Beliau sangat atraktif bagi saya. Cerdas, spontan dan beneran lucu. Dia bilang kira-kira begini “lo ga akan dapet ide kreatif di bawah pohon bringin!” intinya semua butuh usaha. Turun ke pasar tradisional ketemu ibu-ibu di sana. Saya sangat setuju dengan pendekatan dia pada inspirasi kreatif. Masayarakat kebanyakan itulah inspirasi sesungguhnya. Pantas beliau berhasil membuat design mangkuk ayam yang brilian itu,kata saya dalam hati.
Kegiatan Akademi Berbagi memang tidak pernah gagal mebuat saya kagum. Leadership Workshop yang berjalan dari tanggal 22-24 Februari 2019 kemarin salah satunya. Lebih bangga lagi bisa memandu acara bagi para peserta yang sangat berbakat.
Hari di mana saya sempat terdiam sebentar dan hampir menolak tanggung jawab ini jelas bukan karena saya tak mau. Namun jujur saya takut. Tapi kemudian saya teringat pada hal penting yang saya pelajari dari Akber sejak tahun 2012, keberanian. Berani mengambil sikap, berani menjadi pemimpin bagi diri sendiri dan orang lain.
Penulis: K.I.B.O.T