22-24 February 2019, Kemang, Jakarta
Oleh: Anggraini Maulidiarti Kharismah
DAY ONE
Sesi 1: Mr. Dian Adi Prasetyo (Selanjutnya disebut Mas Didut)
“Social Media of Campaign”
Pada sesi pertama, Mas Didut mengajarkan bagaimana “managing social media on caption and content” yang bertujuan untuk dapat memberikan persuasi kepada masyarakat pengguna social media dalam suatu materi. Terdapat beberapa tips dan cara bagaimana menyusun suatu project.
– Based on “What, Who, and How”
1. What: Kita membuat project dengan alasan “Apa”?
Apa yang kamu branding agar orang-orang bisa tahu. Dengan memberikan alasan yang menguatkan bisa membuat caption branding menjadi menarik. ”branding what you want to be known” dengan mengetahui dan memahami brand atau caption yang akan kita buat, akan lebih memudahkan kita untuk menjelaskan maksud dan tujuan kita kepada orang lain. Seperti contoh ketika kita telah memahami budaya atau suatu bahasa di kota masing-masing atau di Surabaya, lalu kita bisa menerapkan dengan membuat caption menggunakan bahasa khas Suroboyoan, supaya pembaca bisa mengerti identitas kita lalu meneruskan untuk membaca project yang kita buat.
2. Who: Kita membuat campaign, siapa targetnya?
Menentukan target pada caption merupakan hal penting kedua yang harus ditentukan, karena ketika kita menentukan target masyarakat yang akan menerima caption kita, maka kita juga telah menentukan focus caption dari suatu project tersebut. Dengan mengetahui kebutuhan dari target masyarakat, juga akan membuat caption yang terstruktur. Tidak hanya kebutuhan dari target tetapi juga berdasarkan apa yang masyarakat sukai dan apa yang familiar menurut mereka.
3. How: Bagaimana memberikan informasi tentang project kita?
Bagaimana membuat caption yang good persuasive? Membuat caption yang sesuai dengan pengetahuan mereka, akan memudahkan pembaca untuk memahami maksud tujuan caption. Dengan menyematkan beberapa quotes, tips and trick, juga quizzes. Menentukan format caption yang biasa digunakan atau yang disukai juga mempengaruhi insight caption, seperti dengan membuat static, video or gif, atau link. Penggunaan social media yang paling sering digunakan juga menentukan insight pembaca. Dengan memilih social media yang sering digunakan reader seperti instagram, facebook, dan blog.
– Basic content usually take to use:
Campaign detail, campaign experience, behind the scene, greeting or thematic content
– Monitoring, report, and review
– Key option of leaders that available to put:
Buzzers, Influencer, Credible source
– Knowing What Do You Want
Awareness -> Conversation -> Viral -> Join the Campaign
SESI 2: Ms. Marissa Hapsari and Mr. Roby Muhamad, Ph.D
“Talent that Needed in the Future”
Pada sesi kedua yang diadakan malam hari, dengan tema talent apa yang dibutuhkan pada masa depan. Ketika volunteer Akademi Berbagi akan memberikan ilmu yang dibutuhkan oleh masyarakat di kota masing-masing, tentu volunteer harus menggali informasi tentang ilmu yang diminati atau dibutuhkan oleh masyarakat kota tersebut. Dengan mengetahui kebutuhan dan skill yang dibutuhkan di masa depan. Kita juga perlu belajar tentang kebutuhan dan skill tersebut.
- 4 levels of Potential
1. Curiosity
“Willingness to take on the challengers of leaving their career comfort zones periodically in order to advance. A drive to excel trait.” How to handle the comfort zone? Ketika seseorang telah memiliki zona nyaman di suatu pekerjaan, dan bisa keluar dari itu, maka hal tersebut termasuk dari selangkah lebih maju. Karena dengan kita bisa mengendalikan diri keluar dari zona nyaman maka
kita juga menambah suatu pengetahuan yang tidak hanya pada hal yang kita mampu saja. Menambah rasa penasaran pada diri merupakan satu langkah lebih maju dari sebelumnya. Tetapi jangan sampai kita terkena oleh elevator trap, yaitu terjebak dalam arah yang lurus without self-challenging. Karena dengan melakukan self-challenging kita telah menambah curiosity yang ada di dalam diri kita.2. Insight
“Capacity to scan for new ideas and the common sense to translate that new learning into productive action. A catalytic learning capability.” Ketika seseorang telah mempelajari hal baru atau mendapatkan pengalaman baru, lalu mereka menerapkannya sebagai hal yang membuahkan hasil, maka hal pelajaran hal baru tersebut menjadi produktifitas seseorang dalam menerapkan ilmu. Sama halnya dengan menambah kemampuan belajar catalytic. Catalytic berasal dari gabungan catalysis + analytic, yang maksudnya some analysis that refers to something can attract in activity.3. Engagement
“Have well-turned radar that puts a higher premium on quality results. Dynamic sensors.” Ketika kita melakukan sesuatu dengan melakukan keterlibatan maka hal itu bisa memberikan hasil yang lebih baik dari pada tidak melakukan keterlibatan.4. Determination
“Willingness to go that extra mile, sheer ambition may lead them to make some pretty hard choices. An enterprising spirit.“ Ketika kita memilih untuk bekerja keras untuk suatu ambisi, maka menuruti ambisi hanya akan membuat suatu pilihan yang sangat sulit.What should we know from future:
– Problem solving
– Creativity
– Innovation
– Volunteerism itu seperti manusia ketika beragama. tanpa disuruh, tanpa meminta imbalan, tanpa adanya materi. Semua yang dilakukan harus tulus dengan hati dan perasaan.
DAY TWO
SESI 1: Mr. Prabu Revolusi
“RIP Public Speaking”
Pada hari Sabtu pagi, banyak yang terkejut dengan penjelasan Mr. Prabu, dikarenakan tidak ada sangkut paut dengan public speaking pada umumnya. Tetapi yang disampaikan adalah ketika suatu content dari public speaking tersebut adalah menjadi sebuah narasi dan orasi, dan bagaimana content tersebut bisa diterima sebagai communication yang baik dan benar.
Why public speaking is RIP?
Because, before the internet is rising, communication is simple. In other hands, the internet makes communication gone in the way of globalization.
The outlook of communication
With Objective territory into Interpretive territory, there were:
1. Cybernetic
2. Socio-psychological
3. Semiotic
4. Phenomenological
5. Critical
6. Sociocultural
Narrative paradigm Key Concept
- Human communication reveals to basic than rational. And the most is curiosity.
- Human is a narrative being and strong teller.
- The form of human communication is narrative, and the meaning is how to giving a report or response to some event.
Narrative Rationality: Coherence and Fidelity
Not all stories are good. Stories need to meet the twin test of narrative coherence and narrative fidelity. Together they are the measure of all story’s truthfulness and humanity.
SESI 2: Mr. Glenn Marsalim
“Creative Thinking”
Pada siang hari, Mr. Glenn mengisi kelas dengan ceria sehingga peserta tidak ada yang mengantuk dan tetap fokus dengan materi. Banyak yang tidak meyangka bahwa memiliki pemikiran yang kreatif ternyata menjadi penyelesaian dari suatu masalah.
- Salah satu dorongan kita untuk tetap memiliki pemikiran yang creative supaya kita bisa menyenangkan banyak orang. Menyenangkan bukan hanya sekedar berpesta, tetapi menyenangkan dengan menyelesaikan suatu masalah. Ketika terdapat suatu masalah lalu kita menyelesaikan dengan berfikir creative, maka semua orang senang dengan hasil tersebut.
- Bagaimana supaya orang-orang ‘spark-joy’ dengan creative thinking?
– Membantu orang lain, akan membuat kita berfikir creative
– Menyelesaikan masalah yang ada di sekitar kita akan men-trigger kita untuk berfikir kreatif
– Dengan mempunyai masalah yang pernah dialami akan membuat kita berfikir kreatif untuk bagaimana menemukan solusi yang baik dan tepat. - Dengan melihat sekitar dan berbuat sesuatu juga bisa mendorong kita untuk berfikir kreatif.
- Berfikir kreatif bukan dari omongan, bukan dari impian, bukan wacana, tetapi berpikir kreatif adalah tindakan.
- Dengan memulai dari apa yang kita mampu lakukan, akan mendorong kita melakukan pikiran yang kreatif.
- Indicator Creative :
– Jangan mencari titel, jangan mau mencari gelar kreatif
– Jangan mencari penghargaan kreatif, karena umur dari suatu penghargaan hanyalah sebentar.
– Jangan bergaya seakan-akan kreatif. Mencari motivasi bukanlah hal kreatif, tetapi bagaimana kita menerapkannya.
– Carilah solusi dari masalah
– Mencari kontribusi. Melakukan kolaborasi. Jangan hanya menjadi pengguna, melainkan jadilah pemilik untuk mendapatkan cuan atau untung
SESI . 3: Ms. Cynthia Wihardja
“Presentation Skills”
Pada sesi yang penuh konsentrasi yang diterapkan Ms. Cynthia membuat peserta workshop mengutarakan pendapat dan asumsinya tentang berbagai kesulitan pada saat presentasi, seperti rasa grogi, penguasaan materi, dan lain-lain. Pada saat itu juga Ms. Cynthia memberikan solusi yang sangat meyakinkan peserta workshop untuk tetap bisa melancarkan presentasi yang akan diterapkan. Selain itu, pemahaman materi presentasi juga di ajarkan oleh Ms. Cynthia, karena dengan memahami materi yang dibawakan, maka semakin lancar juga pembawaan materi yang akan disampaikan.
- Terdapat beberapa hal yang dapat dan tidak dapat dikendalikan saat membawakan presentasi, seperti kendala audience, kendala materi, dan kendala lainnya yang sebenarnya sepele tetapi sangat berpengaruh.
- Ketika kita melakukan presentasi dengan suatu keresahan atau kegugupan, maka yang kita harus lakukan adalah membuang semua asumsi-asumsi negatif yang menybabkan presentasi kita gagal. Hanya dengan menerapkan keyakinan kita bisa menyampaikan dengan baik, akan mengurang sedikit demi sedikit rasa gugup.
- Ketika melakukan presentasi apakah bertujuan untuk diri saya ataukah untuk mereka (audience). Dengan menentukan tujuan, menyampaikan materi untuk mereka, maka informasi yang akan disampaikan bisa diterima secara baik. Apabila presentasi ditujukan untuk diri sendiri hanya akan membuat perasaan gugup semakin besar dan membuat proses presentasi menjadi gagal.
- Untuk alat komunikasi yang diterapkan dalam melakukan prsentasi adalah, kata-kata yang simple, menggunakan intonasi yang baik, dan bahasa tubuh yang sangat tepat. Karena terdapat audience yang memiliki kemampuan menerima informasi yang berbeda-beda.
- Penggunaan power point juga merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Seperti membuat tulisan yang simpel, tidak terlalu panjang; menggunakan font kalimat dan warna yang kontras agar mudah dipahami oleh audience.
- Menerapkan first impression yang khas dan sesuai dengan identitas kita. Tidak boleh membungkuk untuk terlihat lebih percaya diri saat menyampaikan materi presentasi.
Selain tips-tips pada saat kita melakukan presentasi, setiap kelompok pada peserta diberikan kesempatan untuk mengutarakan dan menjelaskan rencana project yang akan dibuat untuk tugas akhir dari workshop nanti. Setiap kelompok juga diberikan bagaimana menyusun materi yang terstruktur sesuai dengan contoh yang diberikan oleh Ms. Cynthia.
SESI 4: Ms. Windy Ariestanty
“Menulis: Membereskan Sebuah Asumsi”
Pada sesi malam minggu, materi yang disampaikan adalah tentang kepenulisan yang menarik dan persuasive, supaya bisa menghasilkan tulisan yang bisa dinikmati banyak orang. Peserta di beri kesempatan untuk mengutarakan ide-ide kreatif yang akan ditulis.
4 Langkah-langkah struktur dan persuasi dalam tulisan
- Bersikap
Memilih sikap harus diambil saat akan menuilis, dengan memilih sikap akan melihat suatu prespektif untuk merubah sesuatu. Sikap yang diambil tentunya harus secara tegas karena kita tidak bisa ragu diantara suatu prespektif pada kepenulisan. - Memahami
Paham dengan tulisan yang dibuat. Karena jika kita sebagai penulis tidak paham dengan tulisan kita bagaimana dengan pembaca. - Riset
Melakukan riset adalah hal yang sangat penting untuk sebuah penulisan. Karena teknologi sekarang tidaklah susah, maka dengan riset maka tulisan tersebut bisa diterima banyak orang. - Identifikasi
Dengan menentukan dari dukungan yang berdasarkan riset yang telah ditemukan.
5 langkah dalam menulis
- Move on !
Jangan terpaku membuat paragraph pertama yang sempurna. Keep going on with your writing. - Menjahit !
Menyambung kalimat ditiap paragraph dan harus menunjukkan keterkaitan - The Nut
Dengan menyertakan kalimat penjelas sebagai penjelasan di kalimat pembuka - Melingkar
Membaca ulang setiap paragraph pembuka sampai dari awal hingga akhir untuk menciptakan paragraph penutup - Penutup yang buruk
Is the ending better without it?
Tips membuat penutup paragraf:
- Baca berulang-ulang dari paragraph pembuka
- Temukan kata atau ide yang baik, rephrase it!
- Hindari membuat paragraph penutup yang berlebihan dan panjang
- Baca ulang tulisan
Nb: Setiap kalimat harus memiliki relasi; Bukan harus kalimat kesimpulan; menggunakan kata kunci yang tepat.
DAY THREE
Dua Sesi Bersama Mbak Yanti, Bang Zul dan Mbak Esti
Banyak yang pesan moral yang selalu didapatkan setelah bermain games dari sesi ini. Karena games-nya sangat berkaitan dengan bagaimana situasi saat menghadapi suatu organisasi atau komunitas. Seperti situasi saat kita menghadapi, melalui, dan menyelesaikan masalah. Games pertama, kami peserta workshop membuat lingkaran, lalu menghadap dengan teman yang ada di depan kita. Kita meraih tangan masing-masing teman, lalu kita diuji untuk kembali membuat lingkaran dengan tangan yang memegang erat teman-teman satu sama lain. Tanpa menggunakan verbal communication, melainkan menggunakan komunikasi fisik/isyarat. Ada yang berhasil mendahului, ada yang makin berbelit-belit dengan kondisi tangannya.
Pesan yang saya dapatkan adalah, ketika saya menjadi korban inti dari perbelitan lingkaran tersebut. Games ini adalah games seperti disaat kita mempunyai benang yang kusut lalu kita ingin meluruskannya kembali, maka ketika terjadi sebuah masalah maka masalah tersebut pula berkaitan dengan anggota yang lurus dan panjang yang telah menyelesaikan misinya.
Selanjutnya adalah games mencari jalan dengan penutup mata. Peserta berjalan mencari jalan keluar sendiri dengan ditutup matanya, tetapi fasilitator memberikan kesempatan untuk bertanya tanpa ada suara apapun. Games ini melatih saya untuk mengajarkan keberanian disaat kita mencari jalan keluar. Dengan memberanikan diri untuk bertanya maka sebenarnya itulah jalan keluar dari kegelapan.
Permainan yang ketiga adalah memberikan benda berupa paperclip kepada orang asing dan mengatakan paperclip adalah benda berharga kita, lalu meminta untuk menukarkan dengan harta atau benda berharga mereka. Disitu kita belajar untuk menerima berbagai penolakan dan bagaimana kita bisa melihat sebuah keikhlasan.
Permainan terakhir adalah, puzzle koran. Masing-masing kelompok memiliki kepingan puzzle yang salah satu puzzle milik mereka ada pada milik kelompok lain. Setiap kelompok diharuskan memberikan salah satu kepingan puzzle untuk mencocokkan apakah kepingan dari puzzle adalah milik kelompok lain. Dari
permainan ini saya belajar bahwa dengan membantu kelompok lain adalah hal yang paling membahagiakan untuk mereka, rasa berbagi itu sangat terdorong ketika kelompok lain juga memberikan kelompok saya sebuah kepingan untuk mencocokkan puzzle koran. Saling membantu antar kelompok membuat rasa semangat untuk membantu yang lain pula. Membuat orang senang dengan tulus juga mendorong kita untuk tetap melakukan kebaikan.
Selain dari acara workshop, saya juga ditakdirkan untuk mengalami pelajaran yang lain. Ketika saya tertinggal pesawat saat akan kembali ke Surabaya. Perasaan bingung serta takut bercampur aduk. Diam, termenung, memikirkan berbagai solusi yang menurut saya bisa dilalui. Hingga memikirkan, apakah ada salah diantara saya sehingga saya mengalami ini? Di kota Jakarta yang padat ini saya merasa tidak punya tujuan untuk kemana-mana. Tetapi dengan bantuan teman-teman relawan Akademi Berbagi yang saat itu masih menemani di Bandara, akhirnya saya dibantu dan ditemani hingga esok hari saya kembali ke Surabaya dengan Kereta Api. Kebaikan hati teman-teman Akber menggugah saya untuk melakukan kebaikan serupa kepada orang lain. Tidak hanya saya sendiri yang harus menerima kebaikan, tetapi saya juga harus memberikan kebaikan ke orang lain juga.
Sekian.