Saya berdiri bukan sebagai ketua Akademi Berbagi, saya berdiri sebagai seorang perempuan yang gelisah susah mencari tempat belajar yang mudah dan murah diakses. Gelisah pada mahalnya pendidikan, gelisah pada niat orang belajar hanya karena selembar kertas bernama ijazah dan sertifikat atau sekedar goodie bag.
Saya gelisah karena belajar dianggap sebagai kewajiban di sekolah formal. Padahal manusia, setinggi apapun pangkatnya, sebanyak apapun hartanya, wajib belajar dari lahir hingga mati. Dan saya gelisah karena penghargaan atas guru dan ilmu begitu rendahnya. Padahal tanpa guru, tanpa belajar atau ilmu, perubahan menjadi manusia yang hebat tidak bakal terjadi.
Mendirikan Akademi Berbagi adalah salah satu keinginan untuk menjawab atas berbagai kegelisahan tersebut. Mimpi saya, Akademi Berbagi menjadi tempat belajar bagi siapa saja, tanpa sekat dan bisa belajar langsung dengan para ahlinya dengan gembira. Karena belajar harusnya bukan paksaan tetapi kebutuhan. Seperti tagline kita, berbagi bikin happy, Akademi Berbagi dibangun dengan semangat menyebarkan virus belajar dan berbagi sehingga bisa menyebar ke seluruh penjuru negeri.
Dalam perjalanannya, Akademi Berbagi tumbuh besar dan menyebar. Bukan perjalanan yang mudah. Akber pernah begitu besar tetapi kemudian jatuh berulang kali. Tidak ada perjalanan yang mulus tanpa kesulitan. Kejatuhan memberikan pembelajaran untuk bertahan dan terus berjuang.
Saya sebagai pendiri sekaligus yang memimpin Akber selama 5 tahun menemukan bahwa relawan adalah tulang punggung gerakan. Mereka yang membuat gerakan ini menjadi besar dan menyebar. Para relawan yang paling tahu daerahnya. Mereka yang bisa menjadi penyebar misi Akademi Berbagi. Dan para relawan inilah cikal bakal pemimpin di lokal masing-masing. Jadi penting bagi saya, dengan pengalaman memimpin gerakan, untuk membekali para relawan agar menjadi pemimpin yang tangguh. Resilient.
Negeri ini terlalu luas dan menghasilkan terlalu sedikit pemimpin. Kalian para relawan yang sudah berjuang dengan konsisten dan terus menjaga komitmen agar terjadi perubahan di lingkungannya adalah calon pemimpin potensial. Untuk itu Akademi Berbagi bukan lagi sekedar menyelenggarakan kelas gratis seacara rutin, tetapi juga harus terus menempa diri. Untuk itu, hari ini diselenggarakan acara Local Leaders Day.
Para relawan sudah memiliki modal dasar untuk menjadi pemimpin, yaitu melayani sesama. Agar relawan benar-benar layak menjadi pemimpin, saya dan teman-teman pengurus yayasan secara konsisten berusaha menyelenggarakan berbagai kegiatan pembekalan. Salah satu ajang menempa selain acara LLD hari ini adalah, para relawan secara rutin hadir di kelas sebagai murid untuk belajar dan membangun jaringan. Karena inti dari kelas Akber adalah tempat belajar bagi relawan itu sendiri.
Networking adalah kunci berikutnya untuk membuat perubahan. Dengan secara rutin hadir di kelas Akber, para relawan dapat terus membangun jaringan sehingga semakin kuat dan besar. Perubahan jika dilakukan sendiri hanya berdampak kecil dan butuh waktu yang lama. Dengan berjejaring, maka perubahan bisa dilakukan dengan cepat dan lebih besar. Tidak ada kesuksesan yang dibangun seorang diri.
Akademi Berbagi bukan sekedar rumah bagi gerakan, tetapi telah menjelma menjadi keluarga besar. Sudah selayaknya kita harus merawat persaudaraan ini. Karena jika kita bisa terus bersama bahu membahu saling membantu dan mendukung satu sama lain maka sangat mungkin perubahan besar untuk negeri ini akan terjadi. Memang ini bukan pekerjaan satu dua hari, tetapi sepanjang tahun, seterusnya, selama masih dibutuhkan. Kita terus akan bekerja secara sukarela bersama-sama di mana pun dalam semangat persaudaraan untuk menjadikan manusia Indonesia lebih berkualitas.
Kita semua tahu, saat ini eranya digital. Bahkan Akber pun dibangun dengan menggunakan kekuatan internet dan teknologi. Di era yang semakin terbuka, persaingan semakin ketat, penguasaan teknologi dan digital menjadi keharusan. Tanpa pandang background pendidikan, pekerjaan, maupun geografis. Untuk itu, wajib bagi semua relawan untuk paham dan mahir menggunakan teknologi. Social media adalah salah satu bagian penting yang harus dikuasai. Bukan jamannya lagi menjadi manusia gaptek.
Saat ini tenaga kerja asing sudah berhamburan masuk ke Indonesia, sehingga persaingan menjadi semakin sulit. Relawan sebagai calon pemimpin harus siap dan tangguh menghadapi semua tantangan. Be resilient.
Akhirnya, di atas itu semua kita sebagai manusia memiliki kewajiban kepada sesama. Tuhan menghadirkan kita di bumi sebagai khilafah, mampu memimpin diri sendiri sekaligus memberikan manfaat untuk sekitarnya. Menjadi manusia sukses bukan melulu mengenai materi, jabatan, popularitas atau kekuasaan. Sukses yang sesungguhnya adalah ketika hadir kita di bumi memberi manfaat sebesar-besarnya untuk sesama.
Selamat berkumpul, berjejaring dan belajar bersama. Bawalah hati yang gembira dan hilangkan sekat di antara kalian. Kita semua sama, makhluk Tuhan yang harus terus belajar. Semoga apa yang kalian peroleh di sini memberikan kontribusi nyata bagi perubahan, minimal untuk diri kalian sendiri.
Jogjakarta, 11 Maret 2016
Ainun Chomsun