Akber Surabaya – Bahasa Isyarat Indonesia Untuk Teman Dengar (3)

Akber Surabaya – Bahasa Isyarat Indonesia Untuk Teman Dengar (3)

Akber Surabaya – Bahasa Isyarat Indonesia Untuk Teman Dengar (3)

Kelas Bahasa Isyarat sesi II,  pembicara Kak Ulfa dan Kak Nasta. Foto diambil dari twitter @AkberSBY

 

Bahasa Isyarat Untuk Teman Dengar | Kelas Akber Surabaya ke 57 | 28 April 2018

Di kelas ini saya…

  • Saya bisa belajar banyak hal di kelas ini contohnya adalah cara berkomunikasi dengan teman Tuli dan belajar mengenai gerakan gerakan untuk memberi tahu sesuatu seperti nama-nama hari, bulan, ayah, ibu dan lain-lain. 
  • Saya sangat tertarik karena berkomunikasi dengan orang Tuli ternyata sangat menyenangkan dan asik dan ini adalah pertama kalinya saya berkomunikasi dan belajar mengenai bahasa isyarat. ~ Andhika Bisma Wicaksana
  • Saya jadi tau bahwa ada perbedaan antara tunarungu, tuli, dan Tuli (dengan menggunakan “t” besar). Dalam istilah medis kata “tuna” berarti rusak dan “rungu” artinya pendengaran. Sedangkan tuli (dengan “t” kecil) menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) artinya adalah rusak pendengaran yang merupakan kata yang kasar dan negative. Namun Tuli (dengan “t” besar) merujuk pada sebuah kelompok minoritas yang berkembang, memiliki budaya, dan penggunaan bahasa isyarat. ~ Eki

  • Saya belajar bagaimana caranya berkomunikasi dengan para Disabilitas. Mulai dengan alfabet bahasa isyarat, nama-nama hari, nama-nama bulan, nama keluarga dengan bahasa isyarat.
  • Saya juga menjadi tahu bahwa mereka tidak suka jika dipanggil dengan sebutan tuli (huruf t kecil) dan Tunarungu. Tunarungu sebutan yang diberikan oleh dokter, namun mereka lebih suka dipanggil Teman Tuli (huruf T besar). ~ Fachrezy

foto diambil dari twitter @AkberSBY

 

  • Saya mendapat wawasan tentang menggunakan Bahasa Isyarat untuk Indonesia agar “Teman dengar” dapat berkomunikasi dengan “Teman Tuli”.
  • Saya menerima berbagai ilmu baru seperti kata “Tuli” berbeda dengan kata “tuli”. Tuli dengan kapital berarti mengarah pada teman kita yang tidak dapat mendengar, sedangkan tuli tanpa kapital berarti hinaan kepada seseorang. Saya juga di ajarkan isyarat abjad dari A sampai Z, panggilan untuk keluarga seperti adik, kakak, ayah, ibu dan seterusnya. Tidak hanya sampai di situ, kami pun diajarkan untuk berbahasa isyarat bagaimana mengisyaratkan nama nama hari dan bulan. Kemudian kami sekelas diminta untuk praktek berbahasa isyarat langsung dengan Teman Tuli melalui permainan yang menyenangkan. ~Yohannes

  • Menurut saya, kelas ini sangat menarik karena saya mendapat pengetahuan tentang penggunaan Bahasa Isyarat semisal cara menggunakan alfabet dalam bahasa Isyarat Indonesia sehingga saya dapat berkomunikasi dan memahami orang-orang disabilitas khususnya Tuli dan tunarungu. ~Nurchanifah
  • Saya mendapat penjelasan tentang perbedan dari Tuli dan Tuna Rungu. Biasanya orang awam menganggap sebutan tunarungu lebih baik dari pada sebutan tuli, tetapi bagi teman-teman KARTU, mereka lebih senang dianggap Tuli dari pada tunarungu. Karena berdasarkan bahasa kedokteran, tuna rungu merupakan arti dari kerusakan fisik pada telinga, dan bagi masyarakat tuli dianggap tuna rungu juga diartikan sebagai rasa kasihan. Sedangkan sebutan Tuli bagi mereka merupakan hal normal namun memiliki budaya berbahasa yang berbeda. Jadi sebutan Tuli lebih baik bagi kawan-kawan dari KARTU Surabaya.
  • Kami diperkenalkan bahasa isyarat dimulai dari alfafabet a sampai z. Selanjutnya, bahasa isyarat untuk memperkenalkan diri, seperti “Perkenalkan, nama saya ULFA. Siapa namamu?” Lalu berlanjut pada kategori hari-hari, bulan, dan keluarga.
  • Kami belajar mempraktekkan bahasa isyarat tersebut dengan benar. Di akhir sesi kami bermain games bersama teman-teman KARTU agar lebih memahami bahasa isyarat Indonesia ini. ~ Anggraini Maulidiarti K.

Editor: Sita Sidharta

 

gambar dari www.gerkatinsolo.or.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *