Yang Tersisa dari LLD 2014

Yang Tersisa dari LLD 2014

March 16, 2014
Bangga. Bahagia. Sepertinya itu dua kata yang mewakili suasana hati kami saat ini. Local Leaders’ Day 2014 adalah penyebabnya. Tiga hari, 200 relawan dari 35 kota di Indonesia berkumpul di dalam satu ruangan, dengan tujuan yang sama: berbagi energi positif. Pondok Remaja Salib Putih Salatiga menjadi saksi betapa mengharukan sekaligus menyenangkannya pertemuan relawan yang selama ini hanya saling sapa lewat udara, Jumat 7 Maret 2014 kemarin dapat saling bertatap muka secara langsung.
Jika biasanya kami para relawan yang menyiapkan kelas, menghubungi guru, dan menyediakan tempat, pada LLD 2014 kami benar-benar “dimanja”.

“Ini adalah harga yang pantas dibayar untuk kalian semua para relawan Akademi Berbagi”,
begitu kata Ainun Chomsun, founder Akademi Berbagi dalam sesi founder speech.

LLD 2014 dibuka oleh MC Indra Yustiawan dengan acara perkenalan relawan dari masing-masing kota. Bagaimana tidak terharu, relawan dari ujung barat Lhokseumawe, Gorontalo, Labuhan Batu (yang harus menempuh 26 jam perjalanan) dan Pekanbaru yang harus menerima pesawat mereka deitunda 8 jam karena kabut asap, semuanya datang ke Salatiga. Mereka tidak dibayar, bahkan sebagian besar harus membayar biaya transportasi sendiri, meninggalkan pekerjaan sementara demi bertemu energi-energi postif dari seluruh Indonesia.
Hari pertama mata kami sudah dibuat melek internet oleh @donnybu . Lewat ilustrasi gunung es, Donny menjelaskan bahwa sebenarnya masalah internet literacy di Indonesia ini sangat besar dan kompleks namun yang terlihat di permukaan hanya sebagian kecil sedangkan yang mengerti jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan yang belum. Seringkali orang belum tau batasan mana yang menjadi ranah privasi atau publik ketika menggunakan media sosial. Hal ini merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan kejahatan melalui internet. Kalau yang dewasa saja belum paham, bagaimaana akan mengedukasi kepada anak-anak yang masih belum cukup umur? Bagaimanapun upaya harus tetapi dilakukan diantaranya dengan menginformasikan kepada mereka yang belum tahu lalu ikut terlibat di dalamnya dan juga mendukung (kalau tidak boleh dikatakan mendesak) pemerintah untuk membuat kebijakan/undang-undang yang jelas tentang hal ini.
Suasana kelas pada hari ke-2 LLD 2014
Memasuki hari kedua, suasana kelas semakin panas dengan kedatangan Tim TigaPijar; Bang Yansen, Ibu Yanti Nisro, dan Bang Zul. Trainer-trainer hebat jebolan Nielsen ini berhasil membuat sembilan jam di kelas tidak terasa membosankan. Materi pengembangan diri yang diberikan berhasil memancing para relawan untuk meneriakkan mimpi kami. Tidak hanya sampai situ, kami pun “dipaksa” mempunyai kaki di mimpi kami dengan membuat sejumlah rencana strategis dalam rangka mencapai tujuan masing-masing yang sebelumnya sudah kami tuangkan dalam dream board. Trainer-trainer ini memang hebat, tapi sore itu bagian terhebat adalah semua relawan yang dengan spontan berdiri dan berteriak tiga kali: IN-DO-NE-SIA! Betapa kami dibanjiri oleh energi positif dari para relawan yang hadir. Mutlak, tidak tergantikan.
Jika dihitung dengan akal sehat seharusnya kami sudah tidak sanggup lagi beraktivitas malam itu karena kegiatan seharian yang cukup melelahkan. Tapi apa sih yang tidak bisa di LLD? Malam harinya kami menikmati api unggun berbumbu sesi tukar kado oleh relawan-panitia-guru. Kami, malam itu, berbagi cerita, hadiah, dan suara. Menyanyi hingga pagi.
Tidak cukup dengan keriuhan hari pertama dan kedua, pagi hari di hari terakhir kami mendapatkan pencerahan tentang bagaimana seharusnya membangun sebuah peradaban (dalam hal ini gerakan sosial) dari Roby Muhamad. Ingin membangun perubahan sosial? Tanyakan dulu kepada diri kita masing-masing apakah kita sudah mampu menjawab pertanyaan: mengapa saya; mengapa kami yang bergerak; dan mengapa harus sekarang.
LLD 2014 adalah titik “refresh” bagi para relawan Akademi Berbagi di seluruh Indonesia. Bukan seberapa hebat para mentor di sini namun energi positif yang dibawa masing-masing relawan inilah yang membuat acara dua tahunan ini begitu berkesan. Satu yang ditekankan Ainun Chomsun adalah LLD ini bukan untuk Akademi Berbagi melainkan untuk relawan sehingga diharapkan setelah kembali ke kota masing-masing, orang-orang inilah yang mampu membuat kotanya keren tanpa harus menunggu pemerintah beraksi. Ber-tagline “Empowering Volunteers Connecting Opportunities”, LLD 2014 berhasil menjalankan misinya. Itu sudah. Sampai jumpa di LLD 2016, Relawan!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *